Selasa, 13 September 2011

SNMPTN 2010

Hasil Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri atau SNMPTN diumumkan Sabtu 17 Juli pukul 00.00. Apabila dikelompokkan berdasarkan daerah asal peserta, hasilnya ironis karena berbanding terbalik dengan nilai ujian nasional.

”Daerah dengan rata-rata nilai ujian nasional rendah malah bernilai rata-rata tertinggi pada SNMPTN,” kata Koordinator Teknologi Informasi dan Komunikasi SNMPTN 2010 Prof Priyo Suprobo di Surabaya, Jawa Timur, Jumat. Nilai rata-rata ujian nasional (UN) tertinggi pada UN 2010 dari Bali. Sebaliknya, nilai UN siswa di Daerah Istimewa Yogyakarta, DKI Jakarta, dan Jawa Timur rendah.

Sementara pada SNMPTN, DI Yogyakarta dan DKI menempati urutan pertama dan kedua, baik dari nilai rata-rata peserta yang berasal dari dua daerah itu maupun dari nilai rata-rata peserta yang lulus dari kedua daerah itu.

Dari rata-rata nilai peserta SNMPTN setiap provinsi, DI Yogyakarta (71,89) dan DKI Jakarta (68,51) berturut-turut diikuti Jawa Tengah, Jawa Barat, dan Jawa Timur. Bali di posisi keenam dengan rata-rata nilai peserta SNMPTN 62,13.

Dilihat dari nilai rata-rata peserta SNMPTN yang diterima berdasarkan provinsinya, DI Yogyakarta, DKI Jakarta, serta Jateng dan Jabar memimpin. Sebaliknya nilai rata-rata peserta asal Bali yang lolos SNMPTN hanya di urutan ke-10.

Karena itu, menurut Suprobo yang juga Rektor Institut Teknologi Sepuluh Nopember, diperlukan telaah lebih lanjut penyebab perbedaan hasil ini.

Secara keseluruhan, dari 447.201 peserta SNMPTN, sebanyak 88.401 orang lolos seleksi. Jumlah ini lebih sedikit ketimbang daya tampung PTN yang mencapai 89.355.

Salah satu peserta dari DIY atas nama Arina meraih nilai tertinggi untuk SNMPTN dengan pilihan IPA. Peserta yang diterima di Jurusan Teknik Elektro Universitas Gadjah Mada itu meraih nilai hampir sempurna, yaitu 99,537.

Hasil SNMPTN Perlu Dicermati Serius

Hasil seleksi nasional masuk perguruan tinggi negeri (SNMPTN) yang berbanding terbalik dengan hasil ujian nasional (UN) sepantasnya dicermati secara lebih serius. Apalagi jika nilai UN akan dijadikan satu-satunya pertimbangan masuk perguruan tinggi negeri.
Soal-soal yang dibuat untuk UN dan SNMPTN fungsinya jelas berbeda.

Seperti diberitakan, siswa di Daerah Istimewa Yogyakarta dan DKI Jakarta, yang nilai rata-rata UN-nya rendah, justru paling banyak diterima di PTN lewat jalur SNMPTN. Sebaliknya di Bali, yang nilai rata-rata UN-nya tertinggi, tingkat keberhasilan siswa masuk PTN justru sangat rendah.

Menurut Hamid, model soal yang diujikan dalam UN dan SNMPTN memang tidak sama. Soal UN lebih banyak bersifat menguji hasil belajar siswa. Adapun soal-soal SNMPTN berupa tes prediktif yang memprediksi keberhasilan seseorang ketika belajar di PTN.

“Jadi, secara teori, keduanya jelas tidak terkait. Soal-soal yang dibuat untuk UN dan SNMPTN fungsinya jelas berbeda,” ujarnya.

Oleh karena itu, lanjut Hamid, rencana pemerintah menggunakan hasil UN sebagai satu-satunya persyaratan masuk ke PTN pada tahun 2012 justru sangat berbahaya jika menggunakan model soal sekarang. Akan lebih baik apabila PTN merancang tes khusus untuk masuk PTN yang tidak berbentuk tes hasil belajar, tetapi tes prediktif atau attitude test.

“Dalam teori pendidikan, tes UN tidak bisa digunakan untuk masuk ke PTN karena nature-nya memang berbeda,” ujarnya.


SOAL SNMPTN

SNMPTN merupakan satu-satunya pola seleksi yang dilaksanakan secara bersama oleh seluruh Perguruan Tinggi Negeri dalam satu sistem yang terpadu dengan menggunakan soal yang sama atau setara dan diselenggarakan secara serentak. SNMPTN 2010 tetap dilaksanakan dalam semangat untuk memperluas akses masyarakat di seluruh Indonesia untuk dapat masuk ke perguruan tinggi negeri. Untuk menjamin kredibilitas seleksi, Panitia SNMPTN 2010 berupaya keras untuk meningkatkan mutu pelaksanaannya. Salah satu bentuk perbaikan dan penyempurnaan mekanisme pelaksanaan SNMPTN 2010 adalah diterapkannya sistem pendaftaran secara online untuk pertama kalinya.

Jenis tes Snmptn terdiri dari :

1. Tes Potensi Akademik (TPA)
2. Tes Bidang Studi Prediktif (TBSP) :

1. Tes Bidang Studi Dasar terdiri atas mata ujian Matematika Dasar, Bahasa Indonesia, dan Bahasa Inggris.
2. Tes Bidang Studi IPA terdiri atas mata ujian Matematika, Biologi, Kimia, dan Fisika.
3. Tes Bidang Studi IPS terdiri atas mata ujian Sosiologi, Sejarah, Geografi, dan Ekonomi.


Pembobotan Hasil Ujian

Program Studi yang tidak mengadakan uji keterampilan, proporsi bobotnya adalah sebagai berikut :

1. Tes Potensi Akademik (TPA) : 30%
2. Tes Bidang Studi Prediktif (TBSP) : 70%

Program Studi yang mengadakan uji keterampilan, proporsi bobotnya adalah sebagai berikut:

1. TPA & TBSP : 60%
2. Uji Keterampilan : 40%

Penilaian Hasil Ujian

Penilaian hasil ujian menggunakan ketentuan sebagai berikut :

1. Jawaban BENAR : + 4
2. Jawaban SALAH : – 1
3. Tidak Menjawab : 0

Setiap mata ujian akan dinilai berdasarkan peringkat dengan skala nol sampai seratus sebelum nilai tersebut dijumlahkan. Oleh karena itu, setiap mata ujian harus dikerjakan sebaik mungkin dan tidak ada yang diabaikan.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar